Selasa,16 Juni 2009 | 19:57 WIB
TEMPO Interaktif, Mataran: Penelitian masalah pornografi di Mataram, Nusa Tenggara Barat, mengungkapkan bahwa pornografi sangat dekat dengan kehidupan anak sekolah. Demam pornografi menjalar kesemua jenis kelamin dan antartingkatan kelas sosial. Media yang paling sering digunakan adalah melihat gambar syur melalui telepon genggam (handphone).
‘’Ternyata pemahaman siswa terhadap materi pornografi di Kota Mataram tidak banyak berbeda dari kota yang memproduksi gambar pornografi seperti Swedia dan Hong Kong,” ungkap Ani Mariani, guru Bimbingan Konseling SMP Negeri 7 Mataram yang juga dosen Bimbingan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram.
Ani bersama dosen Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Mataram Imam Bachtiar, melakukan penelitian itu. “Ini memang mengejutkan,” kata Imam kepada Tempo, Selasa (16/6).
Sebelum penelitian dilakukan, bahwa VCD/DVD menjadi media utama penyebaran pornografi. Ini karena cakram padat itu mudah diperoleh di pasar. Harga VCD/DVD bajakan yang berisi pornografi sangat murah, jauh lebih murah dibandingkan dengan harga majalah porno. “Sekarang telepon seluler memiliki keunggulan yang jauh lebih baik dibanding cakram padat.”
Alasannya, menurut Ani dan Imam, penikmat pornografi menyukai media yang mudah diakses dan mudah dinikmati secara pribadi. Telepon seluler menyediakan keduanya. Ketika siswa sedang menikmati pornografi di telepon seluler, umumnya orangtua tidak menaruh curiga.
Penelitian dilakukan dengan metode survei menggunakan kuesioner pada siswa kelas 7-9 di empat SMP negeri di Kota Mataram. Jumlah siswa yang dilibatkan 36 kelas atau 1.415 siswa. Hasilnya, sekitar 91 persen siswa mengaku melek pornografi. Siswa laki-laki lebih cepat dan lebih banyak berinteraksi dengan gambar porno ketimbang siswa perempuan.
Imam menjelaskan, di Hong Kong pornografi lebih banyak dinikmati melalui Internet. Ini karena Internet di sana mudah diakses. Di Indonesia akses terhadap Internet sebagian besar masih bersifat umum dan harus membayar.
Solusi yang ditawarkan peneliti, adanya pengendalian terhadap kecanggihan pemakaian telepon seluler terhadap siswa SMP. Handphone yang memiliki kemampuan MMS dan berkamera rentan terhadap pendedahan gambar pornografi. Dengan kecanggihan teknologi seluler, siswa SMP dapat dengan mudah saling bertukar materi pornografi.
Semakin tinggi tingkatan kelas siswa, kian banyak pula mereka terasuki materi pornografi. Kelas 7 merupakan usia yang paling rawan, di mana sebagian besar mereka pertama kali mengenal gambar porno. Hanya, penelitian ini tidak sampai menemukan pengaruh pornografi terhadap siswa yang disurvei. Apakah mereka memiliki perilaku permisif atau sebaliknya.
0 comments:
Post a Comment