17 April 2009

Ahmad, sebut saja demikian, seringkali menemukan dirinya tertarik pada wanita yang jauh lebih tua dari usianya. “Saya benar-benar tidak tahu, kenapa saya selalu jatuh cinta pada wanita yang lebih tua,” begitu tutur Ahmad. Berkali-kali menjalin hubungan, tetap saja pilihan Ahmad pada wanita dengan usia setidaknya 10 tahun lebih tua. Teman-teman Ahmad mengatakan bahwa dirinya mengidap Oedipus Complex. Apakah sebenarnya Oedipus Complex itu?

Normalkah?

Konsep ini diperkenalkan oleh seorang ahli psikoanalis, Sigmund Freud yang menjelaskan mengenai kedekatan anak pada orang tua berlawanan jenis dan rasa permusuhan pada orang tua sesama jenis. Istilah ini diambil dari kisah mitogi Yunani yakni Raja Oedipus yang membunuh ayahnya sendiri untuk menikahi ibunya.
Sebagian besar orang memiliki anggapan bahwa oedipus complex merupakan penyakit atau kelainan. Namun pada dasarnya ini hanyalah sebuah konsep yang berusaha untuk menjelaskan konflik yang terjadi dalam diri seorang anak ketika menjalani tahapan perkembangannya. Konflik ini terjadi saat anak memasuki usia 3 – 5 tahun. Menurut Freud, pada masa ini, anak laki-laki akan menganggap ayahnya sebagai saingan (rival) dalam mendapatkan cinta serta kedekatan dengan ibunya.

Konflik ini akan berakhir bila anak telah mampu mengidentifikasikan dirinya dengan tokoh orang tua sesama jenis; anak laki-laki dengan ayahnya atau anak perempuan dengan ibunya. Bila proses identifikasi itu tercapai, maka anak akan berkembang secara normal, sehat dan optimal. Namun bila konflik ini tidak mampu diselesaikan, maka hal tersebut akan menghambat pembentukan kepribadian anak dan orientasi hasrat seksualnya. Selain itu juga tak jarang menimbulkan penyimpangan-penyimpangan tingkah laku.

Pengaruh Dari OEDIPUS COMPLEX

Konflik yang terjadi dalam tahapan perkembangan seseorang di masa kecil dapat mempengaruhi orang tersebut di masa dewasanya, baik dalam tingkah laku, kepribadian, sifat atau juga cara pandangnya. Namun hal ini bukanlah faktor mutlak yang menentukan kepribadian seseorang di masa dewasa karena masih ada faktor lain yang saling mempengaruhi perkembangan manusia. Untuk konflik oedipus sendiri ada beberapa pengaruh yang dapat timbulkan, diantaranya :

Mencari pasangan hidup yang memilki kemiripan dengan orang tuanya

Beberapa orang akan berusaha untuk mencari pasangan hidup yang memiliki atribut yang mirip dengan orang tuanya. Atribut bisa jadi dari segi usia, kemiripan wajah, sifat, dan lain sebagainya. Hal ini bisa terjadi baik secara sadar maupun tidak sadar karena telah ’berakar urat’ dalam diri orang tersebut. Namun ada juga yang malah berusaha untuk mencari figur yang memiliki karakter yang bertolak belakang dengan orang tuanya..

Anak mami”

Istilah anak mami biasanya mengacu pada anak laki-laki yang meskipun telah dewasa tetap saja tidak dapat ’lepas’ atau mandiri dari ibunya. Segala keputusan dan pilihan hidup ditentukan oleh ibunya. Bahkan setelah menikah pun, ibunya masih memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupannya.

Penyimpangan

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bila konflik oedipus ini tidak mampu diselesaikan dapat menghambat perkembangan anak dan tak jarang menimbulkan penyimpangan, beberapa diantaranya :

Mencari pasangan hidup yang memilki kemiripan dengan orang tuanya

Banyak orang mempercayai bahwa orientasi seksual yang tidak normal merupakan akibat dari tidak terselesaikannya konflik masa kecil yang berhubungan dengan figur orang tua baik yang sesama jenis maupun dengan yang berlawanan jenis. Misalnya, ibu yang dominan dan mengambil peran sebagai kepala keluarga sehingga sang ayah tidak berdaya sama sekali.

Kecanduan seksual (Sex Addiction):

Istilah anak mami biasanya mengacu pada anak laki-laki yang meskipun telah dewasa tetap saja tidak dapat ’lepas’ atau mandiri dari ibunya. Segala keputusan dan pilihan hidup ditentukan oleh ibunya. Bahkan setelah menikah pun, ibunya masih memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupannya.

Jangan Berlebihan

Uraian di atas bukan dimaksudkan untuk kemudian merenggangkan hubungan orang tua dengan anak, terutama untuk orang tua yang berlawanan jenis dengan anaknya, namun untuk memberikan informasi agar hubungan yang terjalin antara orangtua dengan anak menjadi lebih optimal tanpa berlebihan. Meskipun perhatian itu sifatnya baik, namun bila diberikan secara berlebihan dan tidak sesuai dengan usia, situasi atau tahapan perkembangan anak tetap saja membawa ’racun’ bagi perkembangan anak. Jadi, berikanlah perhatian kepada Anak dengan dosis yang tepat.

Silahkan Berbagi Artikel Ini!


0 comments:

Post a Comment

 

Copyright 2010 Taufik Siahaan Blog.

Theme by WordpressCenter.com.
Blogger Template by Beta Templates.